Saat ini kesadaran akan pola makan sehat dan berkelanjutan semakin meningkat, banyak konsumen beralih ke produk berbahan vegan. Hal ini berbanding lurus dengan munculnya produk-produk dengan klaim penggunaan bahan vegan. Produk berbahan vegan ini bisa kita temui pada segala macam aspek kehidupan disekitar kita, mulai dari produk makanan, minuman, bahkan sampai produk kecantikan.
Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa label “vegan” tidak selalu berkorelasi langsung dengan status kehalalan suatu produk. Istilah vegan sendiri merupakan produk yang kandungannya bebas dari bahan-bahan yang berasal dari hewan atau turunannya. Sedangkan, produk halal merujuk pada produk yang mematuhi syariat Islam, termasuk larangan terhadap bahan-bahan haram seperti bahan dengan kandungan babi dan alkohol.
Yang harus diperhatikan pada kehalalan produk Vegan
Makanan dan minuman vegan sendiri pada umumnya merupakan produk yang berasal dari bahan tumbuhan, seperti sayur dan buah, tanpa ada campuran unsur hewani. Merujuk dari definisi tersebut, semestinya dapat dipastikan bahwa makanan dan minuman vegan bebas dari kata haram. Akan tetapi, tahukah kamu kalau produk vegan tidak benar-benar lepas dari unsur hewani? Berikut ini penjelasan tentang titik kritis kehalalan produk vegan.
1 Penggunaan bahan tambahan yang berpotensi non-halal
Makanan dan minuman vegan yang murni terbuat dari tumbuhan tentu memiliki rasa yang kurang bisa dinikmati oleh masyarakat. Untuk membuat produk vegan ini menarik, tentu perlu menggunakan tambahan penyedap rasa dari unsur hewani, seperti bumbu perisa daging, kaldu daging, atau gelatin.
Mengutip dari pembahasan halalmui.org yang membahas tentang bumbu perisa daging atau flavour, menurut Pelayanan Audit Halal LPPOM MUI, Dr. Ir. Muslich, M.Si., satu jenis flavour bisa terdiri dari 70 bahan. Tentu hal ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, sehingga perlu pengetahuan tentang proses dan materialnya melalui pengujian laboratorium. Selain itu, dalam proses pembuatan kaldu daging, bubuk kaldu terbuat rebusan daging atau tulang hewan, yang bisa berasal dari sapi, ayam, ikan, atau bahkan babi. Ditambah lagi, menurut Dr. Mala Nurimala, S.Pi., M.Si., dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sekaligus peneliti Halal Science Center IPB, gelatin yang merupakan senyawa turunan protein umumnya dibuat dengan cara mengekstrak kolagen hewan, yang hampir 60% sumber bahan dasarnya dipastikan berasal dari babi.
Selain produk turunan babi, kita juga harus memperhatikan kandungan penggunaan alkohol pada produk vegan. Bukan hal yang mustahil bahwa minuman-minuman dengan berbahan dasar buah-buahan memiliki kandungan alkohol. Seperti yang kita ketahui, ada sebagian alkohol yang bahan dasarnya terbuat dari buah-buahan.
Dengan ini, produk vegan tidak bisa di katakan 100% halal meski bahan dasarnya terbuat dari tumbuhan. Terlebih pada produk makanan olahan yang mengklaim berbahan dasar vegan, misalnya mie instan dari bahan vegan alami. Akan lebih aman untuk kita membeli produk-produk yang sudah jelas mengantongi label halal.
2 Pemalsuan klaim unsur-unsur bahan pada produk vegan
Meningkatnya pola hidup vegan membuka peluang yang besar kepada produsen untuk meraup keuntungan. Menciptakan produk-produk dengan klaim vegan dapat menjadi salah satu inovasi untuk produsen menjangkau pasar vegetarian. Namun, bukan hal yang tidak mungkin terjadi jika produsen secara sadar melakukan pemalsuan informasi mengenai klaim produk vegan tersebut. Produsen bisa saja memalsukan informasi kandungan dengan cara menghapus informasi bahan yang mempengaruhi status kehalalan sebuah produk. Misalnya produk tersebut mengandung alkohol atau khamr yang jelas-jelas haram untuk dikonsumsi seorang muslim.
Oleh karena itu, pemerintah BPOM RI telah memberlakukan regulasi pengujian vegan. Hal ini tertera pada regulasi BPOM RI Nomor 31 Tahun 2018 Pasal 64 tentang Label Pangan Olahan. Aturan ini menyebutkan bahwa pencantuman logo atau tulisan vegan pada produk harus dibuktikan dengan analisis asam deoksiribonukleat (DNA).
Pengujian vegan ini tentunya sangat penting untuk menghindari pemalsuan atau penipuan klaim sumber bahan vegan. Selain itu, pengujian laboratorium dapat menjadi nilai tambah untuk menguatkan data serta memastikan bahwa produk tersebut benar-benar bebas dari bahan turunan hewani.
Nah, itu dia pembahasan IHATEC kali ini mengenai produk vegan yang belum tentu halal. Dengan pengetahuan ini, diharapakan kita tidak terjebak dengan klaim-klaim yang tidak jelas pertanggungjawabannya. Hanya karena produk tersebut terbuat dari bahan dasar vegan, tidak menjamin bahwa produknya halal, ya.
Penting bagi kita memperhatikan status kehalalan produk dengan cara mencermati label halal pada produk dan mencari kepastian akan sertifikasi halal. Nah, jika Insan Halal penasaran seperti apa produk halal dan proses sertifikasi halal, Insan Halal dapat mengikuti pelatihan di #IHATEC