Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak, Indonesia punya peluang yang besar untuk menjadi produsen halal dunia. Apalagi Indonesia pun semakin aktif menjalin kerja sama dengan negara-negara muslim dunia.
Kerja sama ini dapat meningkatkan nilai ekspor produk halal Indonesia. Hal ini juga tidak terlepas dari halal value chain dari berbagai sektor industri. Lantas seperti apa sebenarnya halal value chain? Mari kita bahas!
Apa Itu Halal Value Chain
Pertama mari kita pahami apa itu value chain. Value chain adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari input, produksi, distribusi, pemasaran, sampai konsumsi. Jadi bisa diartikan halal value chain adalah rangkaian upaya yang terintegrasi dalam menghasilkan produk halal mulai dari bahan baku, proses produksi, sampai dengan sampai ke tangan konsumen harus dipastikan kehalalannya.
Upaya terintegrasi ini dilakukan sebagai bentuk pengembangan ekonomi syariah yang dilakukan melalui penguatan yang berfokus pada enam sektor industri potensial yang ada di Indonesia, antara lain F&B, pariwisata halal, fesyen muslim, media-kreasi halal, farmasi-kosmetik halal, dan energi halal. Halal value chain juga menjadi strategi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dan pusat industri halal dunia. Salah satunya adalah dengan menjadikan Indonesia sebagai produsen halal dunia yang dilakukan dengan cara memenuhi permintaan pasar halal domestik yang saat ini masih didominasi oleh produsen global.
Peluang Halal Value Chain
Berdasarkan data State of The Global Islamic Report (2019), jumlah penduduk muslim di dunia ada sekitar 1,8 miliar. Jumlah ini akan terus bertambah dan diprediksi akan mencapai 2,2 miliar pada tahun 2023 mendatang. Tentu hal ini menjadi peluang yang potensial untuk Indonesia dapat memaksimalkan diri sebagai produsen produk halal demi memenuhi kebutuhan halal baik tingkat domestik dan internasional. Apalagi saat ini mengonsumsi produk halal bukan hanya sebagai anjuran agama tapi sudah menjadi gaya hidup masyarakat dunia. Hal ini bisa kita ketahui dengan semakin meningkatnya konsumsi produk halal terutama di enam klaster
Maka dari itu, strategi untuk menjadi produsen halal dunia, dapat dilakukan dengan memaksimalkan peluang dan potensi dalam enam klaster halal value chain, yaitu:
1. F&B
Ini adalah klaster terbesar dari industri halal yang menempati setidaknya 56% dari pengeluaran muslim global. Bahkan total pengeluaran muslim untuk F&B mencapai $1,24 Triliun pada 2016.
2. Wisata Halal dan Ramah Muslim
Wisata halal masuk dalam segmen industri jasa halal. Perminatan dari wisata halal mencakup makanan halal di pengerbagan dan hotel, maskapai penerbangan halal, hotel dan pantai yang ramah bagi muslim, dan sejenisnya.
3. Fashion Muslim
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor industri fashion muslim di Indonesia sudah mencapai $7,18 miliar, berada di posisi ketiga di dunia setelah Banglades, dan Turki. Berdasarkan data OKI, market share fashion muslim Indonesia sebesar 1,6 persen.
4. Media dan Rekreasi Halal
Sektor media dan rekreasi adalah sektor ketiga terbesar berdasarkan biaya yang dikeluarkan konsumen muslim. Bahkan market opportunity Indonesia di sektor ini adalah sebesar $20.73 miliar dan diprediksi akan terus bertambah.
5. Farmasi dan Kosmetik Halal
Dari data Global Islamic Economy Report 2020/2021, sektor farmasi dan kosmetik halal Indonesia ada di peringkat 6 dan ke 2 dengan total pengeluaran masing-masing $5,4 miliar. Angka sebesar ini membuat sektor ini menjadi sektor yang menjanjikan untuk halal value chain di masa mendatang.
6. Energi Terbarukan
Kebutuhan energi sangat penting dalam memenuhi kehidupan, bahkan manusia sangat tergantung akan energi. Belakangan ini, pengembangan energi terbarukan seperti dari hidroelektrik, nuklir, dan lainnya semakin dilirik. Potensi energi terbarukan ini juga semakin besar. Agar halal value chain Indonesia yang kompetitif serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemberdayaan ekonomi umat, diperlukan 4 hal penting, yaitu:
- Mempercepat dan mengakselerasi sertifikasi halal.
- Membangun ekosistem halal value chain melalui integrasi antara unit-unit usaha baik usaha kecil, menengah, dan besar.
- Mengembangkan fokus produk yang kompetitif, yaitu makanan halal (processed food), fesyen muslim, pariwisata, kosmetik, dan farmasi serta energi terbarukan.
- Produksi dan pemasaran yang lengkap ujung ke ujung (end to end).
Dengan menerapkan halal value chain yang berkelanjutan, cita-cita Indonesia untuk menjadi produsen halal bukan tidak mungkin tercapai. IHATEC, sebagai lembaga pelatihan halal di Indonesia, yang memiliki visi untuk mendukung ekosistem halal akan turut mendukung hal ini, salah satunya dengan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang halal.