Bulan Ramadhan adalah momen yang paling sesuai untuk kita semua, umat Muslim membiasakan diri untuk selektif dalam memilih produk halal. Hal ini karena makanan yang kita konsumsi ada kaitannya dengan diterimanya ibadah yang kita lakukan.
Sebagaimana kita ketahui, Ramadhan sebagai bulan yang mulia dan penuh keberkahan adalah waktu terbaik untuk kita memperbanyak ibadah. Maka dari itu melatih dan menerapkan gaya hidup halal selama Ramadhan adalah keharusan.
Sehingga nantinya setelah Ramadhan usai pun kita sudah terbiasa dan selektif hanya produk halal.
Seperti Apa Kedudukan Makanan Halal dalam Islam?
Di dalam Islam, makanan memiliki kedudukan yang tinggi karena dari sinilah semuanya bermula. Darah dan daging kita berasal dari apa yang kita konsumsi.
Makanan yang halal dan toyyiban tentunya akan menciptakan darah dan daging yang baik dan diberkahi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk selalu menjaga dan memerhatikan cara-cara kita mendapatkan makanan serta selektif dalam memilih apa yang akan kita konsumsi.
Bahkan, menurut Ulama asal Mesir, Yusuf Al-Qardhawi, makanan bukanlah masalah furu’ tapi masalah ushi. Al Quran sendiri sudah memberikan perintah yang jelas bahwa kita harus memerhatikan makanan, yang sebagaimana tertuang dalam surat Al Maidah ayat 88.
”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayyib) dari apa yang telah direzekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.”
Di dalam riwayat At-Thabrani Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa makanan makanan halal berkaitan dengan diterimanya doa kita. Di dalam riwayat tersebut dikisahkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, doakanlah saya kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah pun menjawab “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabul.”
Halal sendiri merujuk kepada bahasa yang punya arti “lepas” atau “tidak terikat”. Maksudnya sesuatu yang halal adalah suatu yang terlepas dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Di dalam konteks makanan halal berarti makanan yang diizinkan untuk dikonsumsi sesuai syariat Islam, dan thayyiban berarti makanan tersebut aman, layak, dan memberikan manfaat bagi kesehatan.
Bagaimana Menjalankan Gaya Hidup Halal Selama Ramadhan?
Lalu, sudahkan halal makanan yang kita makan? Peraturan mengenai Jaminan Produk Halal Indonesia sendiri begitu tegas dengan berlakukan Undang-Undang JPH Nomor 33 Tahun 2014. Undang-undang ini mewajibkan semua produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Indonesia wajib memiliki sertifikat halal.
Konsep kehalalan suatu produk sendiri tidak hanya fokus pada komponennya saja, tapi juga tata cara produksi, sampai dengan produk sampai ke tangan konsumen. Dari hulu ke hilir kehalalan produk harus terjamin.
Sebagai konsumen, kita harus secara aktif untuk melihat label halal yang tertera dalam kemasan. Atau juga saat Anda berniat untuk berbuka di luar, pastikan bahwa restoran atau rumah makan telah bersertifikat halal.
Label halal adalah langkah sederhana untuk memastikan bahwa produk telah mendapatkan sertifikat halal yang menjadi pengakuan kehalal produk yang dikeluarkan oleh BPJPH. Namun, sebagai konsumen Anda juga perlu memvalidasi keaslian label halal tersebut, yaitu dengan cara melihat di https://info.halal.go.id/cari/ atau https://halalmui.org/search-product/
Selain dengan melihat label halal, untuk menjalankan gaya hidup sehat selama Ramadhan juga bisa dengan memahami titik kritis kehalalan suatu produk yang dipengaruhi oleh kompleksitas penggunaan bahan dan juga proses produksi yang dijalankan.
Itulah cara menerapkan gaya hidup halal selama Ramadhan yang bisa mulai Anda terapkan.
Dari sisi produsen, salah satu cara mendukung gaya hidup halal adalah dengan mulai sadar bahwa sertifikat halal adalah bagian terpenting dalam bisnis. IHATEC, sebagai lembaga pelatihan dan jasa konsultasi dibidang halal akan dengan senang hati membantu para pelaku usaha untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal di bidang halal serta mendampingi kebutuhan Anda dalam proses sertifikasi halal.