Industri kosmetik halal telah menjadi salah satu sektor yang terus berkembang pesat di Indonesia bahkan dunia. Hal ini berbanding lurus dengan trend penerapan gaya hidup halal yang terus berkembang pesat. Seperti yang kita ketahui, produk halal tidak hanya sebatas pada produk makanan dan minuman saja, namun kosmetikpun menjadi salah satu produk yang masuk dalam kriteria wajib sertifikasi halal sesuai mandat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal.
Sertifikasi halal dalam produk kosmetik menjadi hal penting yang harus menjadi perhatian oleh para produsen kosmetik karena dalam proses pembuatan kosmetik ada potensi-potensi menggunakan bahan yang kritis kehalalan. Memang saat ini sudah banyak para produsen kosmetik yang sudah melakukan sertifikasi halal pada produk. Namun, dibalik proses sertifikasi halal kosmetik, ada aspek-aspek penting yang seringkali terlewatkan oleh para produsen. Dalam artikel ini, kita akan mengidentifikasi dan menguraikan beberapa hal penting dari sertifikasi halal kosmetik yang sering dilupakan.
Ini dia 3 hal penting yang sering dilupakan produsen dari sertifikasi halal kosmetik
Mengutip laman artikel halalmui.org, beberapa hal penting yang sering dilupakan oleh produsen dari sertifikasi halal kosmetik ini memiliki 3 poin utama antara lain:
1. Kontaminasi bahan baku yang menyebabkan kosmetik tidak halal
Hal penting dari sertifikasi halal kosmetik yang sering dilupakan pertama adalah kontaminasi bahan baku yang menyebabkan kosmetik tidak halal. Mengutip pernyataan dari Ir. Muti Arintawati, M.Si., Wakil Direktur LPPOM MUI, menjelaskan bahwa hampir seluruh perusahaan kosmetik tidak hanya memproduksi satu macam produk. Ditambah pada kondisi saat ini, perusahaan belum tentu memproduksi kosmetik di pabrik milik sendiri.
Salah satu aspek yang seringkali terlupakan dalam proses sertifikasi halal kosmetik adalah kontaminasi bahan baku. Meskipun bahan-bahan tersebut secara asalnya mungkin halal, namun proses produksi yang tidak terkontrol bisa menyebabkan pencemaran atau kontaminasi dengan bahan-bahan haram. Misalnya, penggunaan peralatan yang sama untuk produksi bahan-bahan halal dan haram, atau kurangnya pemisahan antara bahan-bahan tersebut di lingkungan produksi. Untuk memastikan kesucian produk akhir, sangat penting bagi produsen kosmetik untuk memperhatikan kebersihan dan pemisahan yang ketat antara bahan-bahan halal dan haram sepanjang rantai pasokan mereka.
2. Penamaan yang mengarah pada suatu yang diharamkan atau tidak sesuai syariah islam
Aspek lain yang sering terabaikan adalah penamaan produk yang mungkin mengarah pada sesuatu yang haram atau tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam. Meskipun mungkin terlihat sepele, namun penamaan produk bisa memiliki dampak besar pada persepsi konsumen. Produsen harus berhati-hati dalam memilih nama untuk produk mereka, menghindari istilah-istilah yang memiliki konotasi negatif dalam agama Islam dan merek/nama produk merek/nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau tidak sesuai dengan syariah Islam.
3. Bentuk kemasan dan label yang tidak sesuai dengan etika islam
Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan dalam proses sertifikasi halal kosmetik adalah bentuk kemasan dan label yang mungkin tidak sesuai dengan etika Islam. Hal ini termasuk penggunaan kemasan dengan bentuk hewan babi atau anjing, serta desain label yang bersifat erotis, vulgar, atau porno. Meskipun mungkin tampak sebagai hal yang jelas untuk dihindari, namun terkadang hal-hal ini bisa terlewatkan dalam desain produk. Produsen harus memastikan bahwa seluruh aspek visual dari produk mereka sesuai dengan nilai-nilai dan etika Islam, tidak hanya dari segi kandungan produknya saja.
Selain hal-hal diatas, dalam proses sertifikasi halal kosmetik juga perlu diperhatikan aturan penggunaannya. Produk kosmetik khususnya kosmetik dekoratif yang disertifikasi halal harus dapat tembus air sehingga dipastikan tidak menghalangi tembusnya air wudhu ke dalam kulit. Jika kosmetik dekoratif yang tidak tembus air, dapat disertifikasi halal sepanjang produk dengan penggunaan terbatas waktunya, contoh: sunblock dan/atau memberikan catatan yang jelas pada kemasan atau leaflet khusus bagi pengguna yang akan beribadah
Nah demikianlah pembahasan kita kali ini mengenai hal penting dari sertifikasi halal kosmetik yang sering dilupakan. Dalam kesimpulannya, sertifikasi halal kosmetik tidak hanya berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan, tetapi juga melibatkan proses produksi, penamaan produk, aspek visual dari kemasan dan label juga aturan penggunaannya. Produsen kosmetik harus memperhatikan semua aspek ini dengan cermat untuk memastikan bahwa produk mereka sesuai dengan prinsip-prinsip kehalalan dan regulasi. Untuk lebih memahami mengenai berbagai proses sertifikasi halal dari produk kosmetik ini, #insan halal dapat mengikuti pelatihan halal di IHATEC. Dengan mengikuti elatihan terlebih dahulu, hal ini dapat membantu #insan halal dalam mengajukan sertifikasi halal produk kosmetiknya.
| IHATEC: Jasa Pelatihan Halal & Konsultasi
Sumber:
https://halalmui.org/3-hal-penting-sertifikasi-halal-kosmetik-yang-sering-terlewat/
https://halalmui.org/mengapa-kosmetik-harus-halal/
https://mirror.mui.or.id/berita/32653/alasan-mengapa-kosmetik-mesti-kantongi-sertifikat-halal/