Dalam beberapa tahun terakhir, kuliner Jepang semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu konsep restoran yang mulai populer adalah omakase, sebuah pengalaman makan yang unik dan eksklusif. Namun, seiring meningkatnya kepedulian konsumen Muslim terhadap kehalalan makanan, muncul pertanyaan besar yaitu apakah omakase bisa dikategorikan halal? Berikut pada artikel ini kita akan mengupas tuntas mengenai omakase serta titik kritis kehalalan yang perlu diperhatikan.

Apa Itu Resto Omakase?

Secara harfiah, omakase berasal dari bahasa Jepang yang berarti “saya serahkan pada anda.” Dalam konteks restoran, omakase adalah konsep di mana pengunjung mempercayakan sepenuhnya pilihan menu kepada koki. Tidak ada daftar menu tetap, karena hidangan yang disajikan disesuaikan dengan bahan segar yang tersedia, kreativitas koki, dan kadang disesuaikan dengan preferensi tamu.

Biasanya omakase disajikan secara langsung di hadapan pengunjung, menciptakan interaksi antara koki dan tamu yang sangat personal. Hal ini menjadikan omakase lebih dari sekadar makan malam melainkan sebuah pertunjukan kuliner yang mengandalkan keahlian, intuisi, dan improvisasi. Namun, karena sifatnya yang tidak tetap dan fleksibel, aspek kehalalan dari sajian omakase menjadi hal yang cukup menantang untuk dipastikan.

Titik Kritis Kehalalan Resto Omakase

1. Bumbu Masakan yang Digunakan

Titik kritis yang pertama dalam kehalalan omakase terletak pada penggunaan bumbu. Masakan Jepang sangat identik dengan penggunaan mirin, shoyu (kecap asin Jepang), serta berbagai jenis bahan fermentasi lain seperti sake dan ang ciu yang mengandung alkohol. Bumbu-bumbu ini seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari proses memasak, baik untuk marinasi, saus, maupun penyedap rasa.

Meski terlihat sepele, keberadaan kandungan alkohol dalam bumbu yang berasal dari khamr ini walaupun sedikit, tetap menjadi titik kritis dalam hukum kehalalan. Oleh karena itu, sangat penting bagi restoran omakase untuk mengganti bumbu non-halal tersebut dengan alternatif halal, seperti mirin bebas alkohol atau shoyu yang telah bersertifikat halal.

2. Bahan Utama Masakan

Selain bumbu, bahan utama yang digunakan juga perlu diperhatikan. Banyak sajian omakase menggunakan seafood mentah, seperti sashimi, yang dalam prinsip halal tidak menjadi masalah selama bahan tersebut berasal dari laut dan tidak tercemar oleh zat haram. Namun, ada pula omakase yang menyajikan daging sapi, unggas, atau bahan lain yang harus disembelih sesuai syariat Islam.

Yang menjadi masalah adalah ketika bahan-bahan tersebut tidak memiliki kejelasan sumber atau tidak disembelih secara halal. Belum lagi kemungkinan menggunakan daging babi yang sudah jelas haram hukumnya. Selain itu ada juga potensi kontaminasi silang dengan bahan haram di dapur. Maka dari itu, kejelasan asal bahan dan cara pengolahannya menjadi sangat penting dalam menentukan kehalalan sajian omakase.

Pentingnya Sertifikat Halal untuk Resto Omakase

Untuk menjawab kebutuhan konsumen muslim yang terus meningkat, sertifikasi halal menjadi solusi yang tidak bisa diabaikan oleh pemilik restoran omakase. Sertifikat halal bukan hanya menjamin bahwa seluruh bahan dan proses produksi sesuai dengan syariat Islam, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan daya tarik pasar yang lebih luas.

Dengan memiliki sertifikat halal, restoran omakase dapat secara resmi menyatakan bahwa mereka mematuhi standar halal, mulai dari pemilihan bahan, proses memasak, kebersihan dapur, hingga sampai proses penyajiannya. Hal ini tentu menjadi nilai tambah yang signifikan, terutama di negara dengan mayoritas penduduk muslim seperti Indonesia. Selain itu, sertifikasi halal juga membuka peluang ekspansi lebih besar bagi restoran omakase ke pasar internasional yang peduli pada halal lifestyle. Oleh karena itu, bagi pemilik resto omakase sebaiknya segera untuk melakukan sertifikasi halal pada produk anda. Untuk mendapatkan sertifikat halal, sebelumnya anda juga harus memahami beberapa regulasi mengenai kehalalan. Untuk lebih memahami tentang regulasi halal di Indonesia, anda dapat terlebih dahulu melakukan pelatihan di IHATEC.

IHATEC: Lembaga Pelatihan Halal Paling Terpercaya

Dengan mengikuti program-program pelatihan halal di IHATEC, akan meningkatkan pemahaman anda seputar regulasi halal dan membuat proses pengajuan sertifikasi halal produk anda menjadi lebih mudah dan terarah.

Kesimpulan

Konsep omakase menawarkan pengalaman kuliner yang eksklusif dan penuh seni. Namun, bagi konsumen Muslim, kehalalan tetap menjadi aspek utama yang tidak bisa ditawar. Titik kritis seperti penggunaan bumbu yang mengandung alkohol dan bahan masakan yang tidak jelas asal-usulnya menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, sertifikat halal menjadi langkah penting untuk menjamin bahwa setiap sajian omakase tidak hanya lezat dan menarik, tetapi juga aman dan sesuai dengan standar kehalalan. Saat restoran omakase mampu mengadopsi prinsip halal secara menyeluruh, maka pengalaman makan istimewa ini dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa keraguan.

 

 

 

Referensi:

https://food.detik.com/info-kuliner/d-7605684/tak-semua-omakase-halal-dikonsumsi-muslim-karena-beberapa-hal-ini?single=1

https://ameera.republika.co.id/berita/spk48a425/restoran-berkonsep-omakase-kian-populer-di-indonesia-ini-titik-kritis-kehalalannya

en_USEN